Home

PIALA DUNIA 1986: LAHIRNYA MAESTRO SEPAK BOLA DUNIA, DIEGO MARADONA.

Leave a comment


Piala Dunia FIFA tahun 1986 merupakan Piala Dunia FIFA ke 13, dimana negara Mexico menjadi tuan rumah setelah menggantikan Kolombia yang mundur menjadi tuan rumah dikarenakan masalah finansial. Mexico menyingkirkan Swedia dan Amerika Serikat dalam perebutan menjadi tuan rumah Piala Dunia 1986 ini dan ini merupakan Piala Dunia ke 2 yang digelar di Mexico setalah pada tahun 1970. Turnamen ini berlangsung 31 Mei 1986 s/d 29 Juni 1986 yang diikuti oleh 24 negara. Padahal kurang dari setahun sebelum menjelang turnamen Piala Dunia ini, Mexico mengalami bencana alam yang dahsyat, Mexico dihantam oleh gempa dahsyat yang menewaskan kurang lebih 30,000 orang. Hal ini hampir saja membuat Mexico batal menjadi tuan rumah, tetapi karena stadion tempat berlangsungnya pertandingan masih utuh, akhirnya FIFA memutuskan Mexico tetap menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 1986.

Format turnamen ini tidak jauh berbeda dengan Piala Dunia Spanyol 1982, ke 24 tim finalis dibagi dalam enam grup. Perbedaannya, hanya pada putaran kedua, yang akan diikuti 16 tim dengan menggunakan sistem gugur. Belajar dari kasus Jerman dan Austria yang merugikan Aljazair empat tahun sebelumnya, (Piala Dunia 1982 – Spanyol), maka partai terakhir penyisihan grup dimainkan secara bersamaan.

Piala Dunia tahun 1986 ini identik dengan lengenda Argentina, Diego Armando Maradona. Ketika tahun 1970, waktu itu adalah pemain Brazil, Pele, yang mampu membawa negaranya menjuarai turnamen ini, hal ini juga sama dialami oleh Maradona. Akhirnya di turnamen ini, Maradona yang diyakini kemampuannya melampaui Pele, kemudian terpilih sebagai The Best Player of the Tournament. Banyak yang mengatakan, tanpa Pele-pun Brazil bisa menjuarai Piala Dunia karena hampir semua pemain Brazil mempunyai kualitas yang merata pada zaman itu, tapi pada Piala Dunia 1986 ini bisa dikatakan tanpa Maradona Argentina tidak akan mampu menjuarainya.

Bermain di Amerika Selatan yang notabene berudara tipis, maka tim-tim Amerika Selatan seperti Brazil dan Argentina sangat diunggulkan memenangi Piala Dunia kali ini. Saat itu Brazil diperkuat oleh Zico, Socrates, Falcao, Careca, Junior dan Carlos. Sementara Argentina diperkuat bintangnya seperti Jorge Burruchaga, Jorge Valdano dan tentunya juga sang “Super Star”, Diego Maradona. Dari daratan Eropa, Perancis, juara Piala Eropa tahun 1984, sangat diunggulkan dimana pada saat itu Les Blues diperkuat oleh pemain legendanya Michael Platini, Alain Giresse, Jean Tigana, dan Luis Fernandez, yang dianggap sebagai tim dengan lapangan tengah atau gelandang paling solid pada zaman itu. Dan bisa dikatakan inilah awal era Piala Dunia yang sarat dengan permainan atraktif dan menghibur, bertabur dengan pemain-pemain berkualitas bintang. Denmark adalah salah satu negara debutan Piala Dunia kali ini, selain Irak dan Kanada, menjadi negara yang paling disorot dengan permainan impresif mereka ketika di penyisihan grup mengalahkan Skotlandia (dengan skor 1-0), Uruguai (6-1) dan Jerman Barat (2-0), sehingga akhirnya mereka dijuluki sebagai tim Dynamite. Sayang di babak ke-2 mereka dikalahkan Spanyol, yang waktu itu diperkuat Emilio Butragueno, “Si Burung Nasar”, dengan skor telak 1-5.

Bintang Piala Dunia 1986 kali ini adalah lengenda hidup Argentina, Diego Armando Maradona,  memimpin Argentina mengalahkan Korea Selatan (dengan skor 3-1), imbang dengan Italia (1-1) dan menang atas Bulgaria (2-0) di babak penyisihan. Di babak perdelapan final, Argentina yang dilatih Carlos Bilardo, mengalahkan negara dari sesama Amerika Selatan, Uruguai, dengan skor 1-0 melalui gol tunggal Pedro Pasculli. Sebenarnya pada partai ini, Maradona mencetak satu gol, tapi wasit Luigi Agnolin dari Italia menganulir gol tersebut karena menganggap Maradona telah terlebih dahulu melakukan pelanggaran sebelum mencetak gol.

Argentina terus melaju dan di perempat final ketika melawan Inggris lahirlah gol  yang kontroversial dan juga gol spektakuler dari Maradona, setelah melakukan gol dengan mengunakan tangan yang dikenal sebagai gol “Tangan Tuhan”, kemudian Diego Maradona menjawab dengan gol kedua yang spektakuler, dengan solo run dari garis tengah lapangan mampu melewati 5 hadangan pemain Inggris (Peter Beardsley, Steve Hodge, Peter Reid, Terry Butcher dan Terry Fenwick) dan akhirnya menaklukkan kiper kawakan Peter Shilton, sehingga  membawa Argentina menang atas The Tree Lion dengan skor 2-1.

Di semi final, Maradona menunjukkan kembali kepiawaiannya dengan mencetak dua gol melawan Belgia di menit ke 51 dan 63, dan satu golnya ke gawang Belgia hampir sama seperti yang dia lakukan ketika melawan Inggris, mampu melewati hadangan empat pemain Belgia dan juga kiper Jean Marie Pfaff sebelum mencetak gol. Akhirnya Argentina melangkah ke final, setelah di semi final ini mengalahkan Belgia dengan skor 2-0.

Di final, Argentina bertemu dengan Jerman Barat, final berlangsung pada tanggal 29 Juli 1986 dengan 114,600 penonton yang memadati Stadion Azteca. Franz Beckenbauer, “Die Kaizer”, sebagai pelatih Jerman Barat waktu itu menugasi Lothar Matthaeus khusus untuk menghalangi gerakan Maradona. Meski tak mencetak gol, dari pergerakan kaki Maradona-lah tiga gol Argentina tercipta. Bek Argentina, Jose Brown, mencetak gol pertama memanfaatkan kesalahan kiper Jerman, Harald Shumacher. Pada menit ke 55, Jorge Valdano menambah keunggulan Argentina. Tim Panser sempat bangkit. Karl-Heinz Rummenigge dan Rudi Voller mencetak gol pada menit ke 74 dan 80. Kedudukan menjadi 2-2. Tapi berkat umpan akurat Maradona, Jorge Burruchaga mampu mencetak gol, tujuh menit menjelang bubaran. Argentina menang 3-2 dan membawa trofi juara untuk kedua kalinya.

Delapan tahun sejak kemenangan di rumah mereka, akhirnya Argentina kembali merebut gelar juara dunia. 30 juta orang di Argentina merayakan kemenangan di jalan-jalan dan Diego Armando Maradona dianggap seorang dewa yang membawa kembali kejayaan negara Argentina sebagai salah satu negara terbaik sepak bola di dunia.

 

RINGKASAN PARTAI FINAL PIALA DUNIA 1986:

ARGENTINA 3-2 JERMAN BARAT
Stadion Azteca, Mexico City, 29 Juni 1986
Wasit: Romualdo Arppi Filho (Brasil)
Penonton: 114.600
Gol:
1-0   Jose Brown 23′
2-0   Jorge Valdano 55′
2-1   Karl-Heinz Rummenigge 74′
2-2   Rudi Voeller 80′
3-2   Jorge Burruchaga 83′

Argentina: 
Pumpido: Cuciuffo, Brown, Ruggeri, Olarticoechea: Giusti, Batista, Maradona, Enrique: Burruchaga (Trobbiani 89′), Valdano
Jerman Barat:
Schumacher: Jacobs, K.H. Foerster, H.P. Briegel, Brehme: Berthold, Matthaeus, Magath (D. Hoeness 63′), Eder: Rummenigge, Allofs (Voeller 46′)
Kartu kuning:
Argentina : Maradona 17′, Olarticoechea 77′, Enrique 81′, Pumpido 85′
Jerman Barat : Matthaeus 21′, Briegel 62′

DAFTAR PENCETAK GOL

6 gol : Gary Lineker (Inggris)
5 gol : Diego Maradona (Argentina), Antonio Careca (Brasil), Emilio Butragueno (Spanyol)
4 gol : Jorge Valdano (Argentina), Preben Elkjaer (Denmark), Alessandro Altobelli (Italia), Igor Belanov (Uni Soviet)
3 gol : Jan Ceulemans, Nico Claesen (Belgia), Jesper Olsen (Denmark), Rudi Voller (Jerman Barat)

Pemain Terbaik           : Diego Maradona (Argentina)

Kiper Terbaik              : Harald Schumacher (Jerman Barat)
Pemain Muda Terbaik : Enzo Scifo (Belgia)
Tim Fair Play              : Brasil

TIM PILIHAN PIALA DUNIA 1986 VERSI FIFA

Kiper               : Harald Schumacher (Jerman Barat)
Bek                  : Josimar (Brasil), Julio Cesar (Brasil), Manuel Amoros (Prancis)
Gelandang       : Diego Maradona (Argentina), Jan Ceulemans (Belgia), Jean Tigana (Prancis), Michel Platini (Prancis)
Penyerang       : Preben Elkjaer (Denmark), Gary Lineker (Inggris), Emilio Butragueno (Spanyol)

TIM-TIM JUARA PIALA DUNIA 1986

 

Juara Dunia – ARGENTINA:

 

Kiper

15

Luis ISLAS 22/12/1965 Estudiantes

18

Nery PUMPIDO 30/07/1957 River Plate

22

Hector ZELADA 30/04/1957 Club América, Mexico
Bek

5

Jose BROWN 10/11/1956 Boca Juniors

6

Daniel PASSARELLA 25/05/1953 Fiorentina, Italia

8

Nestor CLAUSEN 29/09/1962 Independiente

9

Jose CUCIUFFO 01/02/1961 Vélez Sársfield

13

Oscar GARRE 09/12/1956 Ferrocarril Oeste

16

Julio OLARTICOECHEA 18/10/1958 Boca Juniors

19

Oscar RUGGERI 26/01/1962 River Plate
Gelandang
2 Sergio BATISTA 09/11/1962 Argentinos Juniors
3 Ricardo BOCHINI 25/01/1954 Independiente
4 Claudio BORGHI 28/09/1964 Argentinos Juniors
7 Jorge BURRUCHAGA 09/10/1962 Nantes, Francis
10 Diego MARADONA 30/10/1960 Napoli, Italia
12 Hector ENRIQUE 26/04/1962 River Plate
14 Ricardo GIUSTI 11/12/1956 Independiente
20 Carlos TAPIA 20/08/1962 Boca Juniors
21 Marcelo TROBBIANI 17/02/1955 Millonarios, Colombia
Penyerang
1 Sergio ALMIRON 18/11/1958 Newell’s Old Boys
11 Jorge VALDANO 04/10/1955 Real Madrid, Spanyol
17 Pedro PASCULLI 17/05/1960 Lecce, Italia

 

Runner up – JERMAN BARAT:

 

Kiper

1

Harald SCHUMACHER 06/03/1954 FC Köln

12

Ulrich STEIN 23/10/1954 Hamburg SV

22

Eike IMMEL 27/11/1960 VfB Stuttgart
Bek

2

Hans-Peter BRIEGEL 11/10/1955 Verona, Italia

3

Andreas BREHME 09/11/1960 Kaiserslautern

4

Karl-Heinz FOERSTER 25/07/1958 VfB Stuttgart

5

Matthias HERGET 14/11/1955, Bayer Uerdingen

6

Norbert EDER 07/11/1955 Bayern Munich

14

Thomas BERTHOLD 12/11/1964 Eintracht Frankfurt

15

Klaus AUGENTHALER 26/09/1957 Bayern München

17

Ditmar JAKOBS  28/08/1953 Hamburg SV
Gelandang

7

Pierre LITTBARSKI  16/04/1960 FC Köln

8

Lothar MATTHAEUS 21/03/1961 Bayern München

10

Felix MAGATH 26/07/1953 Hamburg SV

13

Karl ALLGOEWER 05/01/1957 VfB Stuttgart

16

Olaf THON 01/05/1966, Schalke 04

18

Uwe RAHN 21/05/1962 Borussia Mönchengladbach

21

Wolfgang ROLFF 26/12/1959 Hamburg SV
Penyerang

9

Rudi VOELLER 13/04/1960 Werder Bremen

11

Karl-Heinz RUMMENIGGE 25/09/1955 Inter Milan, Italia

19

Klaus ALLOFS 05/12/1956 FC. Köln

20

Dieter HOENESS 07/01/1953 Bayern München

 

Juara ketiga – FRANCIS:

 

Kiper

1

Joel BATS 04/01/1957 Paris Saint-Germain

21

Philippe BERGEROO 13/01/1954 Toulouse FC

22

Albert RUST 10/10/1953 Sochaux
Bek

2

Manuel AMOROS 01/02/1962 AS Monaco

3

William AYACHE 10/01/1961 Nantes

4

Patrick BATTISTON 12/03/1957 Bordeaux

5

Michel BIBARD 30/11/1958 Paris Saint-Germain

6

Maxime BOSSIS 26/06/1955 Racing Club Paris

7

Yvon LE ROUX 19/04/1960 Nantes

8

Thierry TUSSEAU 19/01/1958 Bordeaux
Gelandang

9

Luis FERNANDEZ 02/10/1959 Paris Saint Germain

10

Michel PLATINI 21/06/1955 Juventus, Italia

11

Jean-Marc FERRERI 26/12/1962 Auxerre

12

Alain GIRESSE 02/09/1952 Bordeaux

13

Bernard GENGHINI 18/01/1958 AS Monaco

14

Jean TIGANA 23/06/1955 Bordeaux

15

Philippe VERCRUYSSE 28/01/1962 RC Lens
Penyerang

16

Bruno BELLONE 14/03/1962 Monaco

17

Jean-Pierre PAPIN 05/11/1963 Marseille

18

Dominique ROCHETEAU 14/01/1955 Paris Saint-Germain

19

Yannick STOPYRA 09/01/1961 Toulouse

20

Daniel XUEREB 22/06/1959 RC Lens

 

Tim Fair Play – BRAZIL:

 

Kiper

1

CARLOS 04/03/1956 Corinthians

12

PAULO VITOR 07/06/1957 Fluminense

22

Émerson LEAO 11/07/1949 Palmeiras
Bek

2

EDSON 03/07/1959 Corinthians

3

OSCAR 20/06/1954 Sao Paulo

4

EDINHO 05/06/1955 Udinese, Italia

13

JOSIMAR Pereira 19/09/1961 Botafogo

14

JULIO CESAR 08/03/1963 Guaraní

16

MAURO GALVAO 19/12/1961 Internacional

17

Cláudio  BRANCO 04/04/1964 Fluminense

6

JUNIOR 29/06/1954 Torino, Italia
Gelandang

5

FALCAO 16/10/1953 Sao Paulo

10

ZICO 03/03/1953 Flamengo

15

Ricardo ALEMAO 22/11/1961 Botafogo

18

SOCRATES 19/02/1954 Flamengo

19

ELZO Coelho 22/01/1961 Atlético Mineiro

20

Paulo SILAS 27/08/1965 Sao Paulo

21

VALDO Filho 12/01/1964 Grêmio
Penyerang

7

MULLER 31/01/1966 Sao Paulo

8

CASAGRANDE 15/04/1963 Corintihians

9

Antonio CARECA 05/10/1960 Sao Paulo

11

EDIVALDO 13/04/1962 Atlético Mineiro

 

 

Sumber: Internet

 

Piala Eropa 1988: Masih Menjadi Momen Terindah “Die Oranje”

Leave a comment


By: Trihito Eribowo

 

13151894371576546933

Setelah sempat menyaksikan Piala Dunia 1986, dan mulai menyukai olahraga sepakbola, saya mendapatkan sebuah momen yang tidak akan terlupakan, dan menjadikan saya sebagai penggemar timnas Belanda, sampai sekarang.

Ya, apalagi kalau bukan Piala Eropa 1988. Lambang tertinggi bagi dunia persepakbolaan di daratan Eropa, edisi ke-8 ini, mengambil tempat di Jerman Barat, karena memang kala itu Jerman, masih belum bersatu.

Jerman Barat, yang kala itu hadir sebagai runner-up Piala Dunia, dan bermain di depan publik-nya sendiri, sudah pasti menjadi unggulan terkuat untuk meraih gelar juara Eropa yang ketiga kali-nya bagi mereka.

Selain Jerman Barat, unggulan lain-nya adalah Uni Soviet, yang kala itu di perkuat oleh kiper hebat Rinat Desayev, dan gelandang serang jempolan Oleg Protasov.

Sedangkan Perancis, sebagai juara bertahan Piala Eropa, tidak hadir karena kandas pada babak penyisihan, dan harus puas hanya sebagai penonton.

Lalu, bagaimana dengan Belanda? Yang kala itu hadir dengan pelatih legendaris Rinus Michels. Belanda kala itu tidak menjadi unggulan untuk bisa menjuarai turnamen ini. Meskipun diperkuat oleh pemain-pemain yang sedang bagus-bagus-nya, Belanda hanya dianggap sebagai kuda hitam.

Terakhir mereka berpartisipasi pada ajang besar adalah ketika mereka menjadi runner-up Piala Dunia 1978, atau sudah 10 tahun mereka tertidur, setelah Johan Cruyff dkk membuat dunia terhenyak lewat permainan indah mereka pada Piala Dunia 1974. Yang unik-nya, juga di helat di Jerman Barat dan mereka kandas dari tuan rumah, yang kala itu diperkuat oleh Franz Beckenbauer dan Gerd Muller di babak final dengan skor tipis 1-2, menjadi sebuah kenangan yang sangat menyakitkan bagi sepakbola  Belanda.

13151903342058206729

Starter timnas Belanda di Piala Eropa 1988.

Selain ketiga negara itu, peserta lain-nya pada Piala Eropa 1988, adalah Inggris, Denmark, Italia, Spanyol, dan negara debutan Republik Irlandia.

Penyisihan Group

Setelah pengundian, Belanda, bersama Uni Soviet, Inggris, dan Irlandia, tergabung di group B. Sementara itu, Jerman, Italia, Denmark dan Spanyol, berada di group A.

Dengan format ini, juara dan runner-up group akan lolos ke babak semifinal dengan sistem silang. Juara grup akan bertemu runner-up group lain-nya.

Mengawali turnamen menghadapi Soviet, dengan pressure football-nya. Belanda tampak belum in, dan harus menyerah 1-0 lewat gol yang dicetak oleh Vasily Rats, dengan tendangan-nya di menit ke-52.

Begitu juga dengan Inggris, yang harus takluk dengan skor 1-0, oleh Irlandia. Chris hughton menjadi pahlawan bagi Irlandia, lewat gol-nya di menit ke-6.

13151913982036419922

Sama-sama menderita kekalahan pada partai pertama, Belanda dan Inggris harus saling berhadapan pada partai kedua grup B. Partai hidup mati ini berlangsung dengan tegang. Marco Van Basten, dengan hattrick-nya dimenit ke 44, 71 dan 75, memaksa Inggris angkat koper karena mereka hanya mampu membelas lewat satu gol dari Bryan Robson, menit ke-53. Belanda menang 3-1.

Pada partai lain-nya Soviet, bermain imbang 1-1 dengan Irlandia, yang memberikan penampilan terbaik mereka pada Piala Eropa ini.

Partai terakhir Belanda melawan Irlandia, dan Soviet berhadapan dengan Inggris, menjadi partai hidup mati bagi para kontestan. Ketika itu, sebuah kemenangan masih di nilai dengan 2 angka.

Belanda, mendapatkan kemenangan tipis 1-0 atas Irlandia, lewat gol sundulan Wim Kieft. Kemenangan yang mengantar Belanda ke babak semifinal menemani Soviet yang mengalahkan Inggris, dengan skor 3-1. Soviet, menjadi juara group, dan Belanda sebagai runner-up group.

Dari group A, langkah Jerman Barat dan Italia tidak terhadang. Setelah bermain imbang 1-1 pada pertandingan pertama di group ini, kedua tim tersebut berhasil mengalahkan Spanyol dan Denmark. Tetapi karena Jerman Barat lebih banyak mencetak gol, mereka bertengger sebagai penguasa grup A, diatas Italia sebagai peringkat kedua.

Semifinal

Partai di babak semifinal antara tuan rumah Jerman Barat melawan Belanda, akan menjadi partai special bagi kedua negara tetangga itu. Ulangan partai final Piala Dunia 1974, kembali tersaji hanya berselang 14 tahun, dan Jerman kembali menjadi tuan rumah. Stadion Volkspark, Hamburg, menjadi arena bagi partai ini.

Kekalahan menyakitkan pada partai final Piala Dunia 1974, masih membekas di tubuh seluruh penggemar sepakbola negeri kincir angin itu. Sekarang mereka mendapatkan kesempatan bagus untuk membalaskan-nya.

1315190657194389225

Marco van Basten, sesaat sebelum menjebol gawang Jerman Barat di semifinal Piala Eropa 1988.

Marco Van Basten, kembali menunjukan kebintangan-nya dengan gol di menit ke-88. Lewat sodokannya, yang tidak bisa di hadang oleh kiper Jerman, Eike Immel.

Van Basten memberikan kemenangan indah bagi Belanda, setelah mereka berhasil mengejar ketertinggalan 1-0, dimana Jerman lebih dahulu unggul lewat gol penalti Lotthar Mattheaus di menit ke-55.

Bek yang terkenal dengan tendangan gledek-nya, Ronald Koeman, kemudian berhasil menyarangkan gol lewat tendangan penalti di menit ke 74, untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Belanda, melangkah ke partai puncak dengan menggusur tuan rumah.

Sedangkan Soviet, yang sedang on-fire akan melawan Italia, pada partai semifinal lain-nya yang digelar sehari kemudian.

Tampil dengan tempo cepat, Soviet unggul 1-0, di awal babak kedua tepatnya menit ke-58 lewat Gennady Litovchenko. Oleg Protasov, kemudian menggandakan keunggulan menjadi 2-0 pada menit ke-62. Gol yang meruntuhkan moral tim Azzuri. Skor 2-0, bertahan hingga pertandingan usai.

Final

Partai ulangan penyisihan group A, akan tersaji di babak final antara Belanda melawan Soviet, yang di gelar di Stadion Olimpiade, Munchen, tanggal 25 Juni 1988.

Tampil di hadapan mayoritas supporter, karena kedekatan geografis, antara Belanda dan Jerman, pemain Belanda terlihat sudah unggul moral, dan sangat siap untuk melakukan revans, pada partai ulangan yang hanya berjarak 13 hari ini.

Kapten tim Ruud Gullit, membuka skor pada menit ke-32, dengan sundulan-nya yang terkenal untuk memberikan keunggulan 1-0, bagi Die Oranje.

13151915631343943388

Van Basten dan Ruud Gullit, merayakan gol ke gawang Uni Soviet di final Piala Eropa 1988.

 

Marco Van Basten, kemudian membuat gol indah yang melegenda pada menit ke-54. Tendangan volley first time dari sudut sempit itu, kemudian menjadi ikon bagi Piala Eropa 1988, yang akan selalu melekat di benak penggemar sepakbola di Belanda, dan juga penggemar mereka di seluruh dunia.

Partai itu juga diwarnai oleh penampilan cemerlang Hans van Brekuelen, yang berhasil menghalau tendangan penalty Igor Belanov.

Skor 2-0, bagi kemenangan tim orange menutup turnamen empat tahun sekali antar negara-negara di daratan Eropa kala itu.

13151914371367745230

Dengan koleksi 5 gol nya, Marco Van Basten, menjadi pemain terbaik, sekaligus pencetak gol terbanyak pada kejuaran itu. Belanda, akhirnya bisa mengoleksi gelar international pertama mereka, setelah harus puas sebagai runner-up, pada Piala Dunia 1974 dan 78.

Rinus Michels, sebagai pelatih timnas Belanda 1974, bisa mengakhiri penantian-nya untuk mendapatkan gelar di level timnas.

Gelar yang juga pengakuan atas keberhasilan pola total football, yang mereka kembangkan sejak awal tahun 1970-an.

Piala Eropa 1988, memang masih menjadi momen terindah bagi dunia persepakbolaan Belanda, setelah mereka kandas 1-0 melawan Spanyol, di babak final Piala Dunia 2010 lalu.

Berikut skuad tim-nas Belanda, di Piala Eropa 1988:

1 GK Hans van Breukelen 4 October 1956 (aged 31)   Netherlands PSV
2 DF Adri van Tiggelen 16 June 1957 (aged 30)   Belgium Anderlecht
3 DF Sjaak Troost 28 August 1959 (aged 28)   Netherlands Feyenoord
4 DF Ronald Koeman 21 March 1963 (aged 25)   Netherlands PSV
5 MF Aron Winter 1 March 1967 (aged 21)   Netherlands Ajax
6 DF Berry van Aerle 8 December 1963 (aged 24)   Netherlands PSV
7 MF Gerald Vanenburg 5 March 1964 (aged 24)   Netherlands PSV
8 MF Arnold Mühren 2 May 1951 (aged 37)   Netherlands Ajax
9 FW John Bosman 1 February 1965 (aged 23)   Netherlands Ajax
10 MF Ruud Gullit 1 September 1962 (aged 25)   Italy Milan
11 MF John van‘t Schip 30 December 1963 (aged 24)   Netherlands Ajax
12 FW Marco van Basten 31 October 1964 (aged 23)   Italy Milan
13 MF Erwin Koeman 20 September 1961 (aged 26)   Belgium KV Mechelen
14 FW Wim Kieft 12 November 1962 (aged 25)   Netherlands PSV
15 DF Wim Koevermans 28 June 1960 (aged 27)   Netherlands Fortuna Sittard
16 GK Joop Hiele 25 December 1958 (aged 29)   Netherlands Feyenoord
17 MF Frank Rijkaard 30 September 1962 (aged 25)   Spain Zaragoza
18 DF Wilbert Suvrijn 26 October 1962 (aged 25)   Netherlands Roda JC
19 MF Hendrie Krüzen 24 November 1964 (aged 23)   Netherlands Den Bosch
20 MF Jan Wouters 17 July 1960 (aged 27)   Netherlands Ajax

 

 

Sumber: http://olahraga.kompasiana.com